Sabtu, 31 Oktober 2009

Kurdi

oleh : bapak sidik jatmika
Kurdi adalah satu kelompok etnis yang menganggap diri mereka penduduk asli suatu daerah yang sering dirujuk sebagai Kurdistan, suatu wilayah yang meliputi sebagian Iran, Irak, Syria, dan Turki. Komunitas Kurdi juga dapat diketemukan di Lebanon, Armenia, Azerbaijan (Kalbajar dan Lachin, sebelah barat Nagorno Karabakh) dan, pada beberapa dasawarsa terakhir, beberapa negara-negara Eropa serta Amerika Serikat. Secara etnis, kaum ini memiliki hubungan dengan suku bangsa Iran. Mereka menggunakan bahasa Kurdi, suatu bahasa Indo-Eropa dari cabang bahasa Iran.

Sepanjang sejarah, bangsa Kurdi selalu memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk itu telah berperang melawan Sumeria, Asyur, Persia, Mongolia, Tentara Salib Eropa, serta Turki. Dengan jumlah perkiraan 30 juta orang, kaum Kurdi merupakan salah satu kelompok etnis terbesar di dunia yang tidak memiliki negara-bangsa sendiri. Pada abad ke-20, Turki, Iran, dan Irak telah memadamkan pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh kaum Kurdi.

Catatan paling awal mengenai istilah Kurdi ditemukan dalam dokumen Raja Tiglath-Pileser I yang memerintah Assyria dari 1114 hingga 1076 SM. Disebutkan bahwa daerah “Qurti” di gunung Azu termasuk salah satu wilayah yang berhasil ditaklukkan oleh sang raja. Bagi orang Akkadian, sebutan “Kurti” digunakan untuk menunjuk mereka yang tinggal di kawasan pegunungan Zagros dan Taurus timur, sedangkan orang Babylonia menyebut mereka “Guti” dan “Kardu”. Sumber Yahudi, Talmud, beberapa kali menyebut tentang bangsa “Qarduim”.

Sementara itu, dalam catatan ekspedisinya pada tahun 401 SM, Xenophon menceritakan pertemuannya dengan orang-orang “Kardykhoi”. Ini diikuti oleh Polybius (130 SM) yang menyebut mereka “Kyrtioi”, dan Strabo (40 M) yang me-latin-kannya menjadi “Cyrtii”.

Menurut Profesor Izady, setidaknya sejak kurun pertama Masehi, istilah “Kurd” mulai umum dipakai untuk menyebut siapa saja yang mendiami wilayah pegunungan dari Hormuz hingga ke Anatolia. Adapun sejarawan Islam seperti ath-Thabari, al-Ya‘qubi, al-Mas‘udi dan Yaqut, mengakui keberadaan etnis Kurdi sama seperti etnis lainnya (Arab, Parsi, Turki, dan sebagainya).

Suku Kurdi berasal dari rumpun bangsa Indo-Eropa. Mereka dikenal sebagai suku yang mendiami daerah pegunungan di perbatasan Iraq, Iran dan Turki sejak 8000 tahun yang lalu. Menurut Profesor Mehrdad R Izady, seorang pakar Kurdi dari Universitas Harvard, sejarah suku ini dapat dibagi menjadi 4 periode.
Periode pertama, periode Halaf (6000 SM sampai 5400 SM). Ini berdasarkan bukti-bukti arkeologis, seperti bentuk dan lukisan pada pot-pot kuno yang ditemukan di gunung Tell Halaf yang terletak di sebelah barat Qamishli (sekarang masuk wilayah Suriah).
Periode kedua (5300 - 4300 SM) disebut periode al-Ubaid, nama sebuah gunung di utara Iraq tempat ditemukannya banyak peninggalan kuno. Adalah penduduk Ubaid yang memberikan nama ‘Tigris’ dan ‘Euphrates’ untuk dua sungai utama di yang mengalir dari Kurdistan ke Mesopotamia. Mereka jugalah yang menurunkan suku Chaldean atau Khaldi.
Periode ketiga disebut zaman Hurri, dimana pusat kehidupan pindah ke kawasan pegunungan Zagros-Taurus-Pontus dengan beberapa kerajaan kecil: Arrap’ha, Melidi, Washukani dan Aratta. Sejumlah nama-nama kabilah (Bukhti, Tirikan, Bazyni, Bakran), sungai (Murad, Balik, Khabur), danau (Van) dan daerah (Mardin, Ziwiya, Dinawar) berasal dari zaman ini.
Periode keempat (mulai 2000 SM) diawali dengan kedatangan suku Hitti dan Mittani (Sindi) ke Kurdistan. Namun invasi besar-besaran bangsa Arya (Indo-Eropa) baru terjadi pada 1200 SM. Akibatnya, pada 727 SM, kerajaan Hurri terakhir, Mannaean, jatuh. Ini diikuti dengan munculnya kerajaan Medes dengan ibukota Ecbatana (sekarang Hamadan, Iran) yang bertahan hingga 549 SM. Kaum Medes inilah yang diakui oleh orang-orang Kurdi sekarang sebagai nenek-moyang mereka, sehingga transmitter televisi pertama mereka diberi nama “Med TV”.
Periode kelima (terakhir) adalah periode Semitik dan Turkik, menyusul interaksi mereka dengan orang-orang Yahudi, Nasrani dan Islam (Arab) serta asimilasi mereka dengan bangsa Turki (terbukti dengan adanya nama-nama kabilah seperti Karachul, Oghaz, Devalu, Karaqich, Iva, dan sebagainya).


Daerah menggunakan bahasa Kurdi (Warna Terang / Tengah)

Suku Kurdi sejak dulu kala dikenal sebagai suku yang semi-nomaden. Mereka tersebar diberbagai wilayah (ada yang memperkirakan seluas 640.000 km persegi), dari barat laut Iran sampai timur laut Irak, Armenia, Turki, dan timur laut Suriah. Sebagian besar bangsa Kurdi adalah pemeluk Islam Sunni, meskipun ada yang menganut Yudaisme dan Kristen. Mereka tinggal di daerah-daerah rural, dan umumnya melakukan usaha pertanian, atau menggembalakan domba. Bulan Agustus 1988, pasukan Irak melancarkan tindakan ofensif besar-besaran terhadap kaum (separatis) Kurdi di Irak utara. Ribuan orang Kurdi mengungsi (diperkirakan mencapai 100.000-150.000) ke perbatasan Turki. Mula-mula Turki bersimpati. Dengan alasan kemanusiaan dan sejarah (sebagaimana termaktub dalam Traktat Sevres 1920—bahwa kelak Turki harus mengakomodasi kemerdekaan bangsa Kurdi), mereka pun menyediakan semacam perkampungan suaka. Bahkan, Pemerintah Turki waktu itu menolak permintaan Irak untuk mengizinkan pasukan mereka mengejar kaum Kurdi di Turki.

Hanya, keterbukaan Turki untuk menampung para pelarian Kurdi ternyata membuat Turki kemudian mengalami kesulitan tersendiri. Sekitar separuh dari seluruh populasi orang Kurdi tinggal di Turki. Secara cepat, bangsa Kurdi berkembang biak di wilayah Turki. Sekarang, dari sekitar 69.660.559 jumlah orang Turki, 14 hingga 21 jutanya adalah etnis Kurdi. Secara demografis mereka tersebar di wilayah tenggara Turki.
Di Turki sendiri, sejarah perjalanan bangsa Kurdi juga tidak terlalu menyenangkan. Pendiri Turki modern, Mustafa Kemal Attaturk, telah menjadikan etnis-etnis tertentu di wilayah bekas Kekaisaran Ottoman itu menjadi tumbal bagi kemerdekaan Turki dari jajahan Inggris. Konferensi Lausane yang ditandatangani oleh Attaturk dan Menlu Inggris Lord Curzon pada 24 Juli 1923 menegaskan bahwa segala konstitusi Islami harus dihapuskan jikalau Turki ingin merdeka. Attaturk kemudian setuju untuk menganut republik sekuler, dan menghapus pemerintahan kekhilafahan sebelumnya.
Pada masa yang sama, Turki mengadopsi sistem numerasi internasional dan alfabet Latin. Berikutnya Turki mengadopsi kode komersial baru (1929), hak voting dan elektoral bagi perempuan dalam pemilu lokal (1930) dan kemudian dalam pemilu parlemen (1934), melarang pemakaian kostum-kostum keagamaan di luar tempat ibadah (1934), mengadopsi nama akhir (1935), dan masih banyak lagi.

Akibatnya, segala bentuk pengungkapan diri bagi kaum Kurdi (juga kelompok-kelompok minoritas lain di Turki) yang menunjukkan identitas etnik yang unik direpresi secara semena-mena. Kurdi tidak punya hak berpolitik (untuk beberapa lama), tidak punya akses pendidikan, dan informasi. Bahkan sebelum 1991, bahasa Kurdi yang tersebar secara luas dianggap ilegal. Hingga 1999 pun masih ada batasan-batasan tertentu bagi bangsa Kurdi (misalnya siaran radio Kurdi tidak boleh lebih dari 1 jam per hari, lima hari seminggu). Bangsa Kurdi merasa disingkirkan, dicerabut dari tanah kelahirannya, dan dihimpit tanpa belas kasihan. Maka dimulailah konflik panjang antara bangsa Kurdi dan pemerintah Turki.

Masalah
Separatisme politis adalah suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain (atau suatu negara lain). Istilah ini biasanya tidak diterima para kelompok separatis sendiri karena mereka menganggapnya kasar, dan memilih istilah yang lebih netral seperti determinasi diri.

Gerakan separatis sering merupakan gerakan yang politis dan damai. Telah ada gerakan separatis yang damai di Quebec, Kanada selama tiga puluh tahun terakhir, dan gerakan yang damai juga terjadi semasa perpecahan Cekoslowakia dan Uni Soviet. Singapura juga lepas dari Federasi Malaysia dengan damai.

Separatisme juga sering merupakan tindak balas yang kasar dan brutal terhadap suatu pengambil alihan militer yang terjadi dahulu. Di seluruh dunia banyak kelompok teroris menyatakan bahwa separatisme adalah satu-satunya cara untuk meraih tujuan mereka mencapai kemerdekaan. Ini termasuk kelompok Basque ETA di Perancis dan Spanyol, separatis Sikh di India pada 1980-an, IRA di Irlandia pada masa pergantian abad dan Front de Libération du Québec pada 1960-an. Kampanye gerilya seperti ini juga bisa menyebabkan perang saudara seperti yang terjadi di Chechnya.

Gerakan separatis biasanya berbasis nasionalisme atau kekuatan religius. Selain itu, separatisme juga bisa terjadi karena perasaan kurangnya kekuatan politis dan ekonomi suatu kelompok.

Daerah Basque di Spanyol, yang belum merdeka selama berabad-abad lamanya, mengembangkan kelompok separatis yang kasar sebagai reaksi terhadap aksi penindasan yang kasar oleh rezim Francisco Franco. Hal yang sama terjadi di Ethiopia di mana para pemberontak Eritrea lebih marah terhadap despotisme dan korupsi daripada sebuah negara Eritrea yang tidak mempunyai sejarah yang panjang.

PJAK (Partiya Jiyana Azad a Kurdistanê [Partai Pembebasan Kurdistan]) dituding sebagai penyokong gerakan separatisme kurdi di Turki.

Isi
Partai Pekerja Kurdistan (Bahasa Kurdi: Partiya Karkeren Kurdistan atau PKK) pun didirikan pada 1970-an oleh Abdullah Ocalan untuk merangkum aspirasi kaum Kurdi. Kelompok bersenjata yang menganut ideologi Marxisme-Leninisme dan nasionalisme Kurdi ini menegaskan bahwa tujuan mereka adalah menciptakan sebuah negara Kurdi merdeka yang di wilayah Kurdistan (yaitu Turki bagian tenggara, timur-laut Irak, timur-laut Syria, dan barat-laut Iran). Bagi Turki, organisasi ini bersifat memberontak dan, karena mempergunakan kekuatan bersenjata, menjadi ancaman bagi masyarakat secara umum. PKK kemudian dikategorikan sebagai organisasi teroris internasional oleh sejumlah negara, termasuk AS dan Uni Eropa. Ankara menuduh bahwa sebanyak 30.000 orang yang menjadi korban dari konflik panjang ini semata-mata salah PKK.

PKK sendiri membantah dengan mengatakan bahwa jalan kekerasan terpaksa diambil sebab konteks perjuangan sudah berubah. Mereka beranggapan bahwa kebutuhan untuk membebaskan rakyat Kurdi dari penindasan kultural yang massif terhadap identitas dan hak-hak Kurdi yang dilakukan oleh pemerintah sudah sampai di puncak tertinggi. Jadi, meskipun langkah-langkahnya dikecam banyak lembaga internasional, PKK tidak ambil peduli. Perjuangan bersenjata pun dilangsungkan sejak 1984, dan memakan korban ribuan jiwa. Tidak hanya itu, karena perang terbuka yang terjadi di antara kedua belah pihak, banyak desa-desa di wilayah tenggara Turki yang ditinggalkan oleh penduduknya (depopulasi). Tercatat, ada sekitar 3000 pemukiman Kurdi yang terhapus dari peta, yang berarti sekitar 378.000 orang Kurdi tidak punya tanah hunian.

Penangkapan Abdullah Ocalan, pemimpin PKK, pada 16 Februari 1999 di Kedutaan Besar Yunani di Nairobi, ternyata tidak mengendurkan perlawanan Kurdistan. PKK menjawab penangkapan Ocalan dengan serangkaian pengeboman dan serangan bersenjata, baik di Turki maupun di luar Turki. PKK adalah organisasi yang besar dan kuat. Anggotanya meliputi 10-15 ribu gerilyawan aktif, dan 60-75.000 pasukan pendukung. Kelompok-kelompok lain seperti DHKP/C, IDBA-C, TAK, dan lain-lain terus menyerang fasilitas-fasilitas pemerintahan dan publik Turki. Mereka pun mempergunakan aktivitas-aktivitas terorisme (bom, penyanderaan, pembunuhan) untuk membuat pernyataan politik, terutama di Istanbul.

Pada Juli 2003, Parlemen Turki memberlakukan “UU Reintegrasi” yang isinya mengurangi masa tahanan atau memberikan kebebasan untuk mereka (tahanan atau gerilyawan yang masih aktif) yang mau menyerahkan senjata dan memberikan informasi seputar gerakan pemberontak. Banyak tahanan yang membuka mulut karena UU ini. Pemerintah melaporkan bahwa hingga Desember tahun yang sama, ada 2.486 tahanan dan 586 kombatan aktif yang melapor. Hanya, angka ini tidak bisa diverifikasi secara independen.

Keputusan pemimpin Kurdi di Irak utara melarang pengibaran bendera negeri itu dan menggantinya dengan bendera suku mereka membuat Turki kecam. Angkara khawatir terbentuknya negara Kurdi, yang wilayahnya termasuk di Turki.

Ini memungkinkan karena penduduk Kurdi di Turki cukup besar. Apalagi aksi kekerasan gerakan separatis tersebut semakin meningkat.

"Jelas sekali pengibaran bendera Kurdi sebuah langkah baru menuju kemerdekaan Kurdi," kata Sadat Laciner, pengamat wilayah perbatasan Turki-Irak pada Institut Studi Strategis di Ankara.

Selama ini Turki kesulitan mengatasi gerakan separatis Kurdistan Workers' Party (PKK) yang bersembunyi di perbatasan Irak- Turki. Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan balik mengecam pernyataan Barzani. Dia menyatakan, warga Kurdi di Irak akan membayar mahal jika berani mengintervensi Ankara.
Dia mendesak pemerintah Baghdad dan pasukan koalisi segera turun tangan menyelesaikan masalah itu. ’’Barzani telah melampaui batas. Saya anjurkan padanya untuk tidak mengatakan sesuatu yang dia sendiri tidak bisa mempertanggungjawabkannya. Dia harus hati-hati dengan pernyataannya atau dia akan hancur oleh katakatanya sendiri,”tegas Erdogan.
Pemerintah Baghdad dan Washington mengaku kecewa dengan Barzani.Namun demikian,kedua pemimpin sejauh ini belum menentukan langkah guna mengakhiri ketegangan yang terjadi di perbatasan Irak-Turki.

Rencananya, masalah di Kirkuk baru ditentukan melalui referendum yang digelar akhir tahun ini. Sejumlah pihak khawatir, kemenangan Kurdi di Kirkuk akan menguatkan gerakan separatis di Turki.

Sementara itu, empat tahun sejak jatuhnya mantan Presiden Irak Saddam Hussein, pasukan koalisi pimpinan AS belum juga berhasil memenangi perang di Irak. Hal ini membuat sejumlah pihak menentang strategi perang yang dijalankan Pentagon. Bahkan, ribuan warga Syiah di Irak terus menggelar aksi massa menentang keberadaan pasukan asing di Irak.

Mereka mengklaim,pasukan asing adalah penyebab utama ketidakstabilan keamanan di Irak. Meski ditentang, Presiden George W Bush tetap mengirim pasukan tambahan ke Irak.Akhir tahun ini, Pentagon akan memberangkatkan 13 ribu pasukan Garda Nasional AS ke Baghdad. ’’Kami sudah melakukan pengamatan langsung di lapangan. Hasilnya positif. Secara umum, Irak saat ini jauh lebih aman,” tegas Juru Bicara Militer AS William Caldwell kepada CNN.

Presiden otonomi wilayah Kurdi di Irak utara, Massud Barzani, awal September, menginstruksikan semua kantor dan institusi pemerintah mengibarkan bendera Irak Kurdistan. Ini memicu kontroversi di Irak.

"Rakyat Irak seharusnya mencemaskan soal yang bekal berkembang ini," kata Menteri Luar Negeri Turki Abdullah Gul.

Saat ini suku Kurdi berjumlah sekitar 26 juta jiwa. Mereka mendiami Irak, Turki, Iran, Suriah, Lebanon, Armenia, Georgia, Kirgistan, Azerbaijan, Kazakstan dan Afganistan. Dari negara-negara tersebut, Kurdi Irak lah yang banyak bergolak
Kesimpulan
Konflik di Turki terjadi semenjak 15 Agustus 1984 karena pemerintah Turki tidak menghargai hak-hak kultural dan identitas kaum Kurdi. Hukum ditegakkan hanya untuk menyingkirkan kaum Kurdi. Semua upaya diberlakukan untuk membatasi ruang gerak sosio-politis bangsa Kurdi. Serangan yang terjadi di Diyarbakir, Turki, pada 12 September 2006 lalu semakin menegaskan bahwa “Yurtta Baris, Dunyada Baris” Damai di Rumah, Damai di Dunia hanyalah sekadar motto bagi negara Turki.

Saat ini suku Kurdi berjumlah sekitar 26 juta jiwa. Mereka mendiami Irak, Turki, Iran, Suriah, Lebanon, Armenia, Georgia, Kirgistan, Azerbaijan, Kazakstan dan Afganistan. Dari negara-negara tersebut, Kurdi Irak lah yang banyak bergolak


Firing Squad Kurdi di Iran, 27 agustus 1979









Refrensi:
the Middle East Crisis, Reese Erlich,
Wikipedia Indonesia, “Kurdi”
Wikipedia Indonesia, “Separatisme”
Sinar Harapan, Rabu 20 Juni 2007, “Saya orang Kurdi”, Kristanto Harahap
Sinar Harapan, Rabu 03 Juli 2003, Ria Novista, “Timur Tengah Menyusul Perang Irak”
www.swaramuslim.net, “Jati diri bangsa petualang (Kurdi)”
Radio Nederland Wereldomroep Siaran Indonesia - Dari Hilversum Radio Nederland Menyapa Dunia - Bahasa Indonesia.htm, “Radikal Kurdi Lancarkan Serangan Karena tidak sabar”, Johan Huizinga, 30-08-2006 (Internet)
http://www.google.com/search?q=cache:yRsyThd9etcJ:www.ranesi.nl/arsipaktua/irak/turki_marah050201+separatisme+%22kaum+Kurdi%22&hl=id&ct=clnk&cd=11&gl=id
Banjarmasin Post, Sabtu 16 September 2006, Turki Khawatirkan Bendera Kurdi.
Sindo Edisi Sore, Senin 13 Agustus 2007, Irak Turki Memanas, Imam Gem.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar