Kamis, 05 November 2009


Sejarah OPEC
Pasca Perang Dunia II, sejalan dengan bangkitnya nasionalisme di kalangan Negara-negara yang sedang berkembang, Negara-negara penghasil minyak yang sudah jenuh diperlakukan tidak adil oleh bekas negara-negara penjajahnya mulai berusaha merubah cara-cara eksploitasi minyak sampai pemasarannya yang dianggap merugikan negara-negara pemilik sumber minyak dan terlalu menguntungkan perusahaan-perusahaan minyak asing. Mula-mula negara-negara penghasil minyak itu hanya menuntut dinaikkannya harga minyak dan menuntut royalty yang lebih besar agar posisi bargain mereka lebih kuat. Tuntutan ini makin meningkat dan sejak tahun 1960, dengan dibentuknya OPEC sebagai kartel minyak internasional mulailah suatu revolusi dalam proses politik perminyakan internasional yang lebih menguntungkan negara-negara produsen dan hal ini sudah tentu merupakan suatu perkembangan yang wajar.

Negara-negara Pendiri, Tokoh dan Perkembangan Anggota
Pada bulan September 1960 pemerintah Saudi Arabia, Iran, Kuwait, Iraq dan Venezuela bertemu di Baghdad untuk mendirikan OPEC ( Organization of  Petroleum exporting Countries), Dua tokoh yang berjasa besar bagi kelahiran OPEC adalah Syeikh Abdullah tariki dari Saudi Arabia dan Perez alfonzo dari Venezuela.[1] Dua tokoh perminyakan ini kebetulan juga adalah nasionalis-nasionalis tulen yang cukup cerdas dan memiliki integritas. Mereka berdua mewakili kekuatan negara-negara produsen minyak yang mendambakan perubahan struktur dan proses perminyakan internasional yang pada waktu itu sangat didominasi oleh negara-negara barat beserta berbagai perusahaan multinasional barat. Organisasi ini bertujuan mula-mula untuk melakukan koordinasi kebijakan masing-masing negara anggota terhadap perusahaan-perusahaan minyak asing, ikut menentukan proses penentuan harga dimasa depan dan mengambil suatu langkah bersama menghadapi penurunan harga yang belum lama terjadi pada waktu itu. Lima negara pelopor OPEC tersebut kemudian diikuti oleh delapan negara lainnya yaitu; Indonesia, Qatar, Libya, Uni Emirat arab, Al jazair, Nigeria, Ekuador  dan Gabon. Lalu disusul Algeria masuk menjadi anggota OPEC, tetapi kemudian Al jazair mengundurkan diri demikian juga dengan Ekuador dan Gabon yang mengundurkan diri dari keanggotaan atas permintaan sendiri pada tahun 1992 dan 1994.[2] Jadi sekarang anggota negara OPEC terdiri dari 11 negara saja, yaitu Arab Saudi, Iran, Iraq, Venezuela, Kuwait, Indonesia, Qatar, Libya, Uni Emirat Arab, Nigeria dan Algeria.[3]
Pada awal tahun 1970-an terjadi perubahan revolusioner dalam perimbangan kekuatan dalam masalah penguasaan minyak. Perusahaan-perusahaan barat yang berpuluh-puluh tahun telah menguasai mulai eksplorasi sampai pemasaran minyak mulai terdesak dan diletakkan dalam posisi defensif. Negara-negara radikal dan mobilisasional seperti Libya dan Al jazair dengan bantuan negara konservatif seperti Saudi Arabia dan Iran bersama-sama mengambil alih kontrol atas proses perminyakan dunia dari tangan berbagai perusahaan minyak yang bernarkas besar di kota-kota besar Eropa dan Amerika. Pada pertengahan tahun 1970-an negara-negara anggota OPEC pada umumnya berhasil menguasai baik kontrol atas penetapan harga maupun penentuan politik produksi minyak. Disamping itu juga mulai menguasai pemilikan secara penuh berbagai fasilitas dan kontrol atas operasi-operasi teknis yang berada dalam wilayah negara masing-masing. Bahkan secara bertahap mereka juga mulai aktif dalam kegiatan-kegiatan “downstream” yang mencakup transportasi, distribusi dan pemasaran.

Faktor Pendukung Efektifitas Organisasi
            Salah satu hal yang mendukung keefektifitasan OPEC yakni kerjasama dari negara-negara non-OPEC untuk mendukung stabilitas harga. negara-negara non-OPEC mencakup Norwegia, Oman, dan Rusia. Terutama ketika kemerosotan harga minyak tahun 1998 dan awal 1999 membawa pesan yang kuat bagi OPEC bahwa stabilitas pasar hanya dapat dicapai melalui kerjasama antara OPEC dan produsen minyak non-OPEC. Upaya OPEC untuk memulihkan kembali stabilitas harga minyak dengan pengendalian produksi mereka yang diharapkan akan membantu memulihkan harga dari kemerosotan.
            Keikutsertaan negara-negara non-OPEC ini membuat negara-negara anggota OPEC lebih mungkin untuk memelihara kebijakan pembatasan produksi mereka. Non-OPEC memproduksi 62% dari total minyak dunia selama tahun 2003. Pengelolaan industri minyak di negara-negara non-OPEC banyak dilakukan oleh sektor swasta (terkecuali Meksiko) dimana peran pemerintah terbatas dalam hal tingkat produksi. Hal tersebut berdampak pada biaya produksi non-OPEC yang lebih tinggi dibanding dengan biaya produksi OPEC.  Kerjasama yang dilakukan OPEC dengan Negara-negara non-OPEC yaitu:


  1. Meksiko
Meksiko mempunyai hubungan kerjasama yang besar dibandingkan dengan negara-negara non-OPEC utama lainnya. Meksiko adalah pemain kunci dalam pengaturan pengurangan produksi OPEC pada tahun 1998. Meksiko telah membuat kesepakatan dengan OPEC untuk membatasi ekspor minyak sejak tahun 1997. pada 13 Januari 2003, Meksiko mengikuti keputusan OPEC untuk menaikkan laju produksi 1,5 juta barrel/hari. Langkah yang diambil Meksiko adalah dengan memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 120.000 juta barrel/hari sehingga menjadi 3,88 juta barrel/hari. 
  1. Rusia
Rusia adalah produsen minyak paling besar di dunia. Rusia juga sering mengikuti pertemuan-pertemuan yang dilakukan OPEC. Rusia membuat kesepakatan dengan OPEC tahun 1997 yaitu menyesuaikan ekspor minyak mengikuti koordinasi yang dilakukan OPEC. Sering ada kerancuan mengenai kesepakatan pengurangan produksinya.
  1. Norwegia
Norwegia adalah produsen nomor 3 terbesar didunia. Norwegia telah membuat kesepakatan dengan OPEC pada tahun 1998 dan menyesuaikan produksinya dibawah koordinasi OPEC.
  1. Oman
Negara Oman sering mengikuti pertemuan-pertemuan yang dilakukan oleh para anggota Negara OPEC. Oman adalah produsen minyak yang berada dikawasan Teluk dan mempunyai tingkat produksi yang kecil. Membuat kesepakatan dengan OPEC tahun 1997 untuk menyesuaikan produksi negaranya dibawah koordinasi OPEC.
  1. Anggola
Anggola adalah produsen minyak kedua terbesar di Afrika. Urutan pertama anggota OPEC yaitu Nigeria. Anggola selalu mengikuti pertemuan-pertemuan OPEC. Pada bulan Desember 2001, produksi minyak Anggola mulai meningkat pada akhir tahun 2001. Anggola memutuskan untuk mengurangi produksinya sebesar 22.500 juta barrel/hari sesuai dengan keputusan yang telah dibuat OPEC pada tanggal 14 November 2001.

Faktor Penghambat Efektifitas Organisasi
          Salah satu faktor penghambat dalam organisasi adalah ketika Oktober 2006, dimana negara-negara itu tidak mematuhi pemangkasan kuota yang telah ditetapkan. Sehingga harga pasar minyak dunia  naik dan  dua keputusan terkait pemangkasan produksi yang telah disepakati OPEC hanya akan menjadi macan kertas belaka. Hal ini membuktikan bahwa OPEC tidak mampu untuk megendalikan harga minyak dunia.[4]

Prospek 5 Tahun yang akan Datang
Berdasarkan pada prediksi akan meningkatnya ekonomi dunia pada tahun-tahun yang akan datang, maka permintaan minyak OPEC juga akan terus meningkat. IEA mengatakan bahwa permintaan minyak dunia akan meningkat sebesar 2,2% menjadi 85,2 juta barel per hari, lebih tinggi dari ramalan yang dibuat OPEC, karena ramalan OPEC sendiri adalah permintaan minyak dunia akan meningkat 1,9% menjadi 84,9 juta barel per hari. Anggota-anggota OPEC mengambil manfaat dari tingginya kenaikan harga minyak, tapi juga memproduksi mendekati kapasitas penuh dengan produksi pada tingkat yang tidak pernah dilakukan untuk 25 tahun belakangan ini.




Peta negara-negara OPEC 


Peta Negara Oman


 Peta Negara Arab Saudi

Peta Negara Iran



Peta Negara Irak



Peta Negara Indonesia



Peta Negara Nigeria


Peta Negara Libya

Peta Negara Qatar

Peta Negara Venezuela

DAFTAR PUSTAKA
Simamora Sahat, “Minyak Dalam Politik : Upaya Mencapai Konsensus Internasional”, Rajawali press, 1983. (Terjemahan).


[1]               www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/us-israel/opec.html          
[2] Simamora Sahat, “Minyak Dalam Politik : Upaya Mencapai Konsensus Internasional”, Rajawali press, 1983. (Terjemahan).
[4] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar